Resensi Buku Diponegoro Ksatria Perang Jawa


A. IDENTITAS BUKU
Judul Buku              : Diponegoro Ksatria Perang Jawa
Penulis                    : A. Kresna Adi
Penerbit                  : Mata Padi Pressindo
Jumlah Halaman    : viii + 132 hlm
Cetakan                  : Pertama, April 2014
ISBN                        : 978-602-1634-01-1
Harga                     : Rp35.000,-

B. RINGKASAN BUKU
       Buku yang berjudul Diponegoro Ksatria Perang Jawa  ini menceritakan perjuangan Pangeran Diponegorodalam menjungkirbalikkan kegagahan Kolonial Belandabeserta antek-anteknya yang pada saat itu sedang berkuasa di Yogyakarta. Pada masa itu, Pemerintah Kolonial Belanda berupaya menyudahi riwayat kepahlawanan di Jawa dengan menempuh jalan kerdil.
       Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung dari Hamengku Buwono III ( Sultan Raja ) dan Raden Ayu Mengkarwati (seorang selir). Beliau lahir pada tanggal 11 November 1785, atau dalam penanggalan Jawa Jumat Wage tanggal 8 Muharam tahun B dalam naungan Wuku Wayang. Pangeran Diponegoro atau yang pada saat itu dikenal dengan nama B.R.M. Ontowiryo, menghabiskan masa kanak-kanak di lingkungan Kraton. Namun, Setelah HB I wafat dan HB II diasingkan oleh Daenldles, Ratu Ageng memerintahkan agar R.A. Mengkarwati membaw anaknya ke Tegalrejo. Hal ini dikarenakan kehidupan Kraton sudah tidak kondusif.
       Ketika di Tegalrejo, Ia dibesarkan dan dididik layaknya seorang bangsawan, sekaligus seorang santri yang taat beragama dalam suasana pendidikan keislaman. Berkat didikan neneknya (Ratu Ageng), Diponegoro kecil tumbuh sebagai seorang muslim yang taat. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, Diponegoro mencontoh dan mengikti sifat Nabi.
       Setelah cukup dewasa, Pangeran Diponegoro mulai membangun rumah tangganya sendiri. Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat mengenai jimlah istri beliau. Ada sumber yang menyebutkan beliau menikah dengan tujuh orang istri dan ada pla yang berpendapat beliau menikan dengan delapan orang wanita.
       Pangeran Diponegoro yang merupakan figur utama Peramg Jawa 1825-1830, ternyata memiliki kehidupan yang cukup menarik. Dalam kaitannya gdengan perang, orang melihat beliau sebagai sosok ksatria Jawa atau prajurit panglima perang yang pilih tanding. Disisi lain, Pangeran Diponegoro juga memiliki kemampuan berimajinasi dan kreativitas yang tinggi. Pangeran Diponegoro tidak bisa berbahasa Melayu dan Belanda dengan baik. Bila marah kepada pejabat Belanda, beliau cenderung berbahasa Jawa Ngoko.
       Pada tahun 1825-1830, Pangeran Diponegoro melakukan pemberontakan yang mengakibatkan Pemerintah Kolonial Belanda menjadi kalang kabut. Pemberontakan ini dilatar belakangi oleh sikap kesewenag –wenangan Belanda kepada para penghuni Kraton Yogyakarta serta masyarakat sekitar Kraton. Perlawanan Pangeran Diponegoro ini kemudian disebut sebagai Perang Jawa.

C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU
Kekurangang buku ini terletak pada bagian awal kisahbya yang kurang bisa dipahami, sehingga pembaca sedikit bingung.
Kelebihan buku ini yaitu terletak pada nilai moralnya yang didalamnya dapat kita petik pelajaran tentang bagaimana cara kita menghargai orang lain.

D. SARAN DAN KESIMPULAN
       Saran bagi penulis, akan lebih baik jika ceritanya lebih jelas lagi, sehingga pembaca tidak bingung dan semakin tertarik untuk menbaca buku ini. Buku ini sangat cocok untuk para pelajar dan orang tua, karena selain kita mempelajari sejarah, buku ini juga mengandung nilai moral yang dapat kita ambil pelajarannya untuk bekal hidup kelak. Hal yang perlu kita petik dari buku ini adalah jangan mudah menyerah untuk meraih apa yang kita cita-citakan, meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi, kita harus tetap semangat utuk menggapainya.


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel Cinta Suci Zahrana

Sinopsis Buku Scarlet Letter